Studi Eksegesa
Matius 24:36-44 Tentang Hari Kedatangan Tuhan Yang Kedua Kali
Ratna
Lumban Tobing
Magister Manajemen Pendidikan
Univesitas
Negeri Riau (UNRI)
Tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu
Pengampu: Dr.
Hasnah Faizah AR, SPd., MHum.
Abstrak
Artikel ini menjelaskan
tentang kedatangan Anak Manusia tidak terduga, tidak ada yang
mengetahuinya kecuali Allah Bapa. Keadaan manusia di zaman akhir ini
digambarkan seperti keadaan manusia di zaman Nuh, manusia cenderung bersikap
acuh tak acuh tentang hari dan saat kedatangan Anak Manusia yang kedua kalinya.
Terbenam dalam hidup keduniawian, sehingga hari dan saat itu datang menjadi
kekejutan. Barangsiapa yang tetap berjaga-jaga dan siap sedia akan dibawa dan
sebaliknya, yang terlena akan ditinggalkan. Diharapkan setelah membaca artikel ini akan dapat
memberikan sumbangsih bagi pembaca dan gereja, menyangkut pengajaran pastoral
dan eskatologi bagi jemaat Tuhan serta sekaligus untuk mengkounter setiap
ajaran-ajaran yang menyangkut hari kedatangan Tuhan yang kedua kali.
Kata Kunci: Eksegesa Matius 24:36-44 dan Kedatangan Tuhan
Yang Kedua.
Abstract
This article describes the unexpected coming of the Son of
Man no one knows expect God of Father. The human conditions in the last days
described as the human conditions in the days of Noah, people tend tobe
indifferent about the days and the coming of the Son of Man at the second time.
Immersed in worldly life, so that day and when in comes to horror. Those who
remain on guard and ready will be taken and vice versa. Which will drift left.
Expected that after reading this article will be able to contribute to the
reader and the church, pastoral and teaching concerning enchatology to the
church of God and also counter and teachings concerning the day of the Lord’s
second coming.
Keywords: Eksegesa Matthew 24:36-44 and second coming of
Lord.
1. Pendahuluan
Pertanyaan “kapan Tuhan datang
kembali” merupakan hal yang penting dan menarik dibicarakan sepanjang masa. Saat ini masyarakat dunia kembali digemparkan dengan
sebuah film yang berjudul 2012 yang menceritakan tentang akhir zaman yang
bertepatan dengan ramalan suku Maya dimana matahari akan mengalami kesejajaran
planet-planet lain sehingga meledak dan menghancurkan bumi. Meskipun 2012
tersebut hanyalah sebuah film, tetapi memiliki dampak kepada para penonton
berupa kekhawatiran dan kebingungan terutama yang tidak memiliki landasan yang
kuat mengenai akhir zaman dari sumber yang benar yaitu Alkitab.
Orang
percaya memiliki dasar Alkitab yang dapat dipercaya mengenai akhir zaman dan tanda-tanda
yang menyertainya. Sumber-sumber lain di luar Alkitab seperti ramalan, buku,
film, dan sebagainya yang menyangkut tentang hari kiamat tidak dapat dipercaya
kebenarannya.
Tujuan dari artikel ini adalah menjelaskan tentang hari
kedatangan Tuhan yang kedua kali yang dijelaskan dalam Matius 24:36-44.
1. Metode Penelitian
Metode
yang digunakan dalam penulisan artikel ini adalah metode eksegesa. Metode
eksegesa adalah metode untuk menggali arti kata dan kalimat dalam Alkitab guna
menemukan arti yang sebenarnya dalam Alkitab. Dalam menarik kesimpulan, memakai
metode induktif.
2. Hasil Penelitian Dan Pembahasan
a. Eksegesa Matius 24:36-44 (Hasil Penelitian)
Injil Matius adalah Injil
pertama berupa pengolahan pribadi dari bahan-bahan yang diterima sipengarang langsung yang disusun secara sistematis dan menarik
untuk menunjukkan bahwa Yesus Kristus adalah Mesias yang dinubuatkan oleh
nabi-nabi di Perjanjian Lama.
Penulis Injil Matius adalah
Matius yang mempunyai nama Ibrani yaitu Lewi anak Alfeus karena memiliki
beberapa alasan yaitu: Pertama, Matius adalah salah seorang dari keduabelas
murid yang langsung dipilih oleh Yesus yang langsung mendengar pengajaran dari
Yesus dan dengan pengilhaman dari Roh Kudus menulis Injil Matius. Kedua, Matius
bekerja sebagai pemungut cukai yang pasti adalah orang yang terpelajar, ahli
mengarang dan ahli bahasa Ibrani dan Yunani, pandai berhitung dan pencatat yang
teliti, dan yang ketiga, didukung oleh tradisi Yahudi dan beberapa bapak gereja
mula-mula.
Kedatangan Tuhan yang kedua kali
merupakan kedatangan dari sorga dengan otoritas dan kuasa, datang di saat yang
tidak dapat diduga sehingga menuntut kesiagaan dari orang percaya. Kata kedua
kali berarti Yesus akan datang kembali kebumi dengan fisik yang penuh dengan
kemuliaan yang dapat dilihat oleh semua orang, bertujuan untuk menaklukkan
segala sesuatu kepada Tuhan Yesus Kristus sebagai Raja di atas segala raja dan
Tuhan di atas segala tuan.
Penulis
akan menafsirkan Injil Matius 24:36-44 dengan bantuan buku-buku yang mendukung,
antara lain: The Analytical Greek Lexicon Revised karangan Harold Moulton
diterbitkan oleh Zondervan Publishing House di Michigan tahun 1978, Interlinier
dan Konkordansi Perjanjian Baru jilid I dan II karangan Hasan Susanto
diterbitkan oleh Lembaga Alkitab Indonesia di Jakarta tahun 2003, Kamus
English-Indonesia, Phoenix Advanced Dictionary diterbitkan oleh Pustaka Phoenix
di Jakarta tahun 2008, Diktat mata kuliah Bahasa Yunani Koine Perjanjian Baru,
dikarang oleh Daniel Sutoyo diterbitkan oleh Sekolah Tinggi Theologia “Intheos”
di Surakarta.
Sub
pokok dalam dalam Injil Matius 24:36-44 adalah:
a. Allah
yang Mengetahui (ayat 36)
Ayat
36 berbunyi peri de tes hemeras ekeines kai horas oudeis oiden oude hoi angeloi
ton ouranon oude ho huios ei me ho pater nomos)
Kata tes hemeras terdiri dari kata sandang tẽs dan kata hemeras. Kata hemeras adalah
kata benda berstruktur: modus partisip, kasus genetif, jenis feminim, jumlah tunggal dari kata
dasar hemera secara literal berarti
interval waktu dari matahari terbit sampai matahari terbenam, duabelas jam,
sehari, hari itu, cahaya siang hari, dan pada siang hari itu. Menurut Newell,
kata waktu berkasus genetif, menerangkan
jenis atau macam waktu itu. Diterjemahkan pada siang hari itu. Sehingga, dalam
ayat ini, kata tes hemeras lebih tepat diartikan pada siang hari itu atau
interval waktu dari matahari terbit sampai matahari terbenam.
Sistem perhitungan jam Yahudi, yaitu malam dibagi menjadi empat
bagian masing-masing lamanya tiga jam : Jaga pertama dihitung mulai matahari
terbenam yaitu jam 18:00 - 21:00, jaga
kedua dari jam 21:00-24:00, jaga ketiga dari jam 00:00 - 03:00, jaga keempat
dari jam 03:00 - 06:00. Sedangkan siang dibagi menjadi 12 bagian,
masing-masing satu jam. Jam 06:00 WIB matahari
terbit, jam pertama, jam 07:00 WIB, jam kedua, jam 08:00 WIB, jam ketiga, jam
09:00 WIB, jam keempat, jam 10:00, jam kelima, jam 11:00 WIB, jam keenam, jam
12:00 WIB, jam ketujuh, jam 13:00 WIB, jam kedelapan, jam 14:00 WIB, jam
kesembilan, jam 15:00 WIB, jam kesepuluh, jam 16:00 WIB dan jam kesebelas, dan
jam 17:00 WIB, jam keduabelas.
Jadi, dapat diketahui bahwa dari jam pertama sampai jam
keduabelas disebut sehari. Jam kedua belas
bukan berarti jam 12:00 WIB tetapi jam 18:00 WIB. Dikatakan bahwa hari
kedatangan Anak Manusia antara jam 06:00 WIB sampai 18:00 WIB, berarti pada
waktu manusia normal berjaga dan bekerja/beraktivitas. Jadi, kedatangan Anak
Manusia akan disaksikan semua orang yang
hidup dan menunjukkan singkatnya waktu yang diperlukan untuk kedatangan itu.
Hari Tuhan adalah hari, saat dan waktu tertentu yang
Allah untuk datangnya penghakiman. Hari itu
ditetapkan dengan pasti dan tidak bisa diubah lagi. Henry (2008) mengatakan
bahwa, hari penghakiman Tuhan adalah hari yang ditangguhkan, ketetapan hari
yang pasti. Hari dan saat itu merupakan rahasia besar.
Kata oiden adalah kata
benda berstruktur: kala perfect,
diatesis aktif, modus indikatif (modus
yang menyatakan suatu tindakan kepastian),
kasus nominatif, orang ketiga,
jumlah tunggal dari kata dasar oida secara literal berarti mempunyai informasi yang lengkap dan
menyeluruh di dalam pikiran, pengetahuan yang terencana sempurna, mengerti
dengan baik. Ini berarti, hanya Allah yang mengetahui informasi dengan lengkap dan merencanakan
dengan sempurna tentang hari dan saat bahkan jalan atau proses kedatangan Anak
Manusia nantinya.
Tidak seorang pun yang tahu tentang hal itu. Orang bijak
yang mengetahui segala hikmat, pengetahuan, dan teknologi sekalipun tidak dapat
mengetahuinya. Semua orang tahu akan adanya “hari Tuhan/kiamat” tetapi tidak
seorang pun yang tahu kapan hal itu akan terjadi.
Para malaikat/utusan/pembawa pesan dari Allah kepada
manusia juga tidak tahu akan hari itu. Murdowo menjelaskan, malaikat memiliki
keberadaan sebagai roh yang tidak dapat diurai, tidak dapat dilihat (Ibr. 1:14;
Luk. 24:39; Ef. 6:12) dan tidak berubah ( Mat.22:30). Di samping
itu keberadaan malaikat tidak terikat kepada ruang dan waktu. Namun demikian,
malaikat memiliki akal budi, kecerdasan, kecepatan, dan kekuatan untuk berbuat,
bergerak dan berbicara (Yud. 6; Luk. 2:9-15; II Tes. 1:7; II Raj. 19:35), akan
tetapi dalam semuanya itu malaikat tetap bergantung dan tunduk kepada Allah
Penciptanya (Dan. 7:10). Alkitab menyatakan jumlah malaikat sangat banyak
bahkan tidak terhitung jumlahnya dalam hitungan manusia (Dan. 7:10; Luk.2:13).
Dalam tugasnya selaku utusan atau pembawa pesan Allah
kepada manusia, yaitu mempromosikan berita keselamatan Allah kepada manusia
(Luk. 2:13; I Ptr. 1:12; Ef.3:10), memproklamirkan pertobatan manusia (Luk.
15:10), melayani Firman Tuhan kepada manusia (Gal. 3:19; Luk. 2:10-12), melindungi
orang-orang percaya (Kej. 48:16), mengingatkan manusia akan Penghakiman
Terakhir (I Tes. 4:16), dan membantu
Allah pada Penghakiman Terakhir (Mat. 24:31; 13:41; 25:31; 13:42,50; Mrk.
13:27). Sekalipun malaikat memiliki hubungan yang dekat dengan Allah dan saat
“hari” itu tiba, para malaikat turut berperan
aktif, tetapi tentang hari itu, para malaikat tidak tahu. Lucifer juga termasuk
para malaikat, sehingga Lucifer juga
tidak pernah tahu tentang hari dan saat itu tiba.
Kata ho huios terdiri dua kata, artikel ho dan kata benda
huios berstruktur: kasus nominatif,
jenis maskulin, jumlah tunggal secara literal berarti seorang yang dapat
dikenal sebagai anak karena Dia memperlihatkan watak/tabiat dari orangtuanya.
Atau dapat disebut sebagai anak yang dewasa rohani yang dipimpin Roh Allah.
Anak disini menjelaskan Yesus Kritus anak Allah, yang selalu mencerminkan
perbuatan Allah Bapa (Yoh.14:7-11).
Harrisson (2001) mengatakan, kalimat yang mengatakan dan
anak pun tidak menjelaskan bahwa
pengetahuan sempurna yang dimiliki Yesus karena Yesus adalah Allah, tidak
dipakainya untuk menjelaskan kapan hari itu tiba. Walaupun Yesus adalah Allah,
Yesus tidak mengutarakan semua pengetahuan-Nya terutama bagian yang masih harus
dirahasiakan sampai waktunya digenapi. Di sini, Yesus bukan membahas kapan
tepatnya Yesus datang kembali ke dunia sebagai Raja akan tetapi menjelaskan
bahwa Yesus pasti akan datang. Melalui ayat ini, Yesus mengajarkan kepada semua
orang percaya bahwa tugas manusia bukan berspekulasi tentang waktu
kedatangan-Nya melainkan hanya bersiap diri dan berjaga-jaga.
b. Seperti
Zaman Nuh (ayat 37-39)
Kedatangan-Nya diilustrasikan seperti zaman Nuh ( Kej. 6:
9- 7:1-24; Ptr 3: 19-23).
Ayat 37 berbunyi Hosper gar hai hemerai tou Noe houtos
setai he parousia tou hiou tou antropou. Ayat 38, hos gar esan en tais hemerais
[ekeinais] tais pro tou kataklusmou trogontes kai pinontes gamountes kai
gamizontes akhri hes hemeras eiselthen Noe eis ten . ayat 39, kai
ouk egnosan heos elthen ho kataklusmos kai eren apantas houtos estai [kai] he
parousia tou huiou tou antropou.
Kata hosper adalah
kata keterangan perbandingan. Kata ini membandingkan keadaan zaman Nuh
dengan keadaan akhir zaman ini. Dalam perbandingan, maka akan didapat adanya
persamaan dan perbedaannya. Tetapi yang ditekankan lewat perbandingan ini
adalah persamaan keadaan zaman Nuh dengan zaman akhir sekarang.nMaksud
kedatangan Anak Manusia kelak adalah pasti datang tetapi belum tiba/sampai.
Tiba/sampainya bisa kapan saja.
Persamaan antara zaman Nuh dengan akhir zaman ini
(kedatangan Anak Manusia) adalah pada zaman sebelum air bah itu semua orang
hidup tenang sampai pada hari Nuh masuk kedalam bahtera. Tidak ada yang sadar,
sampai pada saat air bah datang sebagai sarana hukuman atas umat mansusia dan
melenyapkan semua orang kecuali keluarga Nuh. Manusia menjalani hidup setiap
hari tanpa memperdulikan kehancuran yang akan datang, demikian halnya dengan
keadaan manusia zaman akhir ini, manusia menjalani hidup setiap hari tanpa
memperdulikan peringatan kedatangan Anak Manusia yang bisa terjadi kapan saja.
Persamaan yang lain adalah sama-sama menekankan suatu
peringatan akan tiba-tibanya kedatangan bencana itu bagi orang yang tidak siap.
Sebagaimana zaman Nuh mengakhiri suatu era dengan hukuman, demikian juga kedatangan
Anak Manusia kedua kali nanti (Kej. 6).
Sebaliknya, tiba-tibanya kedatangan air bah dan kedatangan Anak Manusia itu
menjadi penghiburan bagi keluarga Nuh dan bagi orang yang terus berjaga-jaga di
akhir zaman
Kata pinontes berstruktur: kala kini, modus partisipel,
kasus nominatif, jenis maskulin, jumlah
jamak, secara literal berarti mereka
(laki-laki) sedang peminum/mereka (laki-laki) sedang minum. Para lelaki
zaman Nuh hanya berpikir dan melakukan sesuatu hanya untuk minum dan minum,
tidak ada tujuan hidup yang lain, menghalalkan
segala cara agar dapat memuaskan kebutuhan jasmani.
Kata gamountes berstruktur: kala kini, modus partisipel,
kasus nominatif, jenis maskulin, jumlah jamak
dari kata dasar gameo secara literal berarti mereka (laki-laki) sedang
melakukan pernikahan/mereka (laki-laki) sedang menikah. Para lelaki zaman Nuh
sedang berpikir dan bertindak hanya untuk menikah. Pernikahan adalah hal yang
biasa dilakukan, baik dilakukan dengan kemauan sendiri ataupun dari dorongan
orang lain. Pernikahan yang direncanakan maupun yang tidak direncanakan.
Pernikahan yang lazim atau tidak lazim. Pernikahan bebas, yaitu pernikahan
dengan mengkompromikan prinsip-prinsip
Allah seperti menikah dengan pasangan dari agama kafir, melakukan pernikahan
lebih dari sekali (poligami dan poliandri), menikah dengan sesama jenis atau
dengan binatang, hidup serumah dengan pria/wanita yang tidak diikat dengan
pernikahan dan kawin dulu lalu menikah. Pernikahan yang tidak sesuai dengan
kehendak Tuhan, sebab pernikahan tersebut merupakan pernikahan yang hendak
memuaskan keinginan dari diri sendiri, hanya kepuasan sesaat.
Kata kerja dan kata sifat
makan dan minum, melakukan pernikahan, menikahi dan dinikahkan
menyiratkan bahwa semua manusia saat itu kecuali Nuh, penuh perhatian dalam urusan dunia dan tidak
menghiraukan Firman Allah. Saat itu, seluruh dunia tidak peduli dengan agama
atau kehidupan rohani. Ini sungguh merupakan gejala yang lebih berbahaya
daripada satu-dua orang kafir.
Kata
egnosan berstruktur: kala aorist 2, diatesis aktif, modus indikatif, dari orang
ketiga, jumlah jamak dari kata dasar ginosko secara literal berarti mereka dulu
pernah mengetahui, menyadari, belajar, memperhatikan, peduli. Di depan kata ini ada kata ouk berupa kata keterangan
negatif secara literal berarti tidak. Jika kedua kata di atas
digabungkan berarti, informasi sudah disampaikan dengan jelas dan
berulang-ulang sehingga mereka pasti sudah memahami dan mengetahuinya dengan
jelas, namun mereka memilih bersikap acuh tak acuh, tidak meresponinya dengan
baik dan serius.
Golongan manusia yang pertama tidak mau mengindahkan peringatan,
tidak mau tahu,tidak belajar peringatan yang disampaikan terus-menerus dan mengesampingkan perkara kekekalan, merasa
aman dan bersikap tidak peduli sehingga saat air bah datang, orang-orang fasik
itu terkejut dan binasa. Kata “tidak tahu akan sesuatu” juga menyiratkan
golongan manusia ini tidak percaya. Seharusnya golongan ini sudah tahu akan hal
itu, tetapi tidak mau tahu. Golongan manusia yang pertama ini sebagai contoh
orang Kristen di zaman akhir yang sudah mengetahui hal-hal yang perlu untuk damai
sejahtera yang kekal, tetapi tidak mengimani dan mengembangkannya. Hal
ini sama saja dengan tidak mengetahuinya sama sekali ( II Tim 3:1-7)
c. Dibawa
dan Ditinggalkan (ayat 40-41)
Ayat
40-41 berbunyi tote duo esontai en to agro heis paralambanetai kai heis
aphietai. Duo alethousai en to mulo mia paralambanetai kai mia aphietai.
Kata
paralambanetai berstruktur: kala kini, diatesis pasif, modus indikatif (modus
yang menyatakan suatu tindakan kepastian), orang ketiga, jumlah tunggal dari
kata dasar paralambano secara literal berarti
dia sedang dibawa berangkat, diangkat keluar, dipunyai. Kata ini
menjelaskan bahwa saat Anak Manusia datang, akan terjadi bahwa orang yang
terpilih akan diangkat, dipisahkan dari orang yang tidak terpilih. Kata ini
adalah kata umum bukan istilah untuk menjelaskan ajaran Alkitab tentang
pengangkatan.
Kata
aphietai berstruktur: kala kini, diatesis pasif, modus indikatif, orang ketiga,
jumlah tunggal dari kata dasar aphiemi secara literal berarti dia sedang
diabaikan, ditinggalkan sendiri, diusir, dipecat, ditolak, dikeluarkan dan
menderita oleh karena kepergian/keberangkatan. Orang kedua yang tidak diangkat,
menyaksikan orang pertama yang telah diangkat sehingga orang kedua ini tahu kalau dia ditinggalkan, diabaikan,
ditolak. Henry (2008) mengatakan, kejadian ini semakin memperburuk hukuman dan
kepedihan orang-orang berdosa karena orang berdosa tersebut melihat bahwa
sementara saudaranya dibawa menuju kemuliaan, dirinya sendiri ditinggalkan
begitu saja.
Ayat
ini menekankan ketakterdugaan bagi orang percaya zaman gereja. Guthrie (1983)
mengatakan, kedatangan Kristus yang kedua ini akan memisahkan orang-orang yang
lahiriah kelihatan sama dan sedang sama-sama bekerja. Manusia yang berada di zaman, tempat, kemampuan,
pekerjaan, dan keadaan yang sama di dunia ini. Dari orang yang berada dalam
satu keluarga, bahkan yang diikat dalam ikatan pernikahan, hanya seorang yang
akhirnya diangkat sedangkan yang satunya lagi dilewatkan dan ditinggalkan dalam
kepedihan yang mendalam.
d. Berjaga-jaga
(ayat 42)
Ayat 42 berbunyi gregoriete oun hoti
ouk oidate poia hemera ho kurios humon erkhetai.
Kata
gregoriete berstruktur: kala kini,
diatesis aktif, modus imperatif (kata kerja – kata sifat), orang kedua,
jumlah jamak dari kata dasar gregoreo secara literal berarti kamu sekalian
sedang berjaga, bangun, menjadi waspada, berjaga-jaga, awas, hati-hati.
Kata ho kurios terdiri dari kata
sandang ho dan kata kurios. Kata kurios berstruktur: kasus nominatif, jenis
maskulin, jumlah tunggal dari kata dasar kurios secara literal berarti Tuan
yang mulia Yesus Kristus, Tuhan yang mulia Yesus Kristus. Kata ini menekankan
bahwa Yesus Kristus adalah tuan manusia. Dengan jabatan-Nya itu, saat Yesus
datang, akan meminta pertanggungjawaban manusia atas segala milik yang dipercayakan-Nya
kepada tiap-tiap orang. ini
Stamps mengatakan, kata ini menunjukkan
keadaan siap siaga terus-menerus pada masa sekarang. Alasan untuk kesiagaan ini sekarang dan bukannya pada
masa yang akan datang karena tidak ada tanda peringatan akan kedatangan-Nya.
Sehingga tidak boleh menganggap bahwa Kristus tidak mungkin datang hari ini.
e. Seperti
Kedatangan Pencuri (ayat 43-44)
Ayat 43-44 berbunyi Ekeino de ginoskete
hoti ei edei ho oikodespotes poia phulake ho kleptes erkhetai, egregoresen an
kai ouk an eiasen diarukhthenai ten oikian autau).Dia touto kai humeis ginesthe
etoimoi hoti he ou dokeite hora ho huios tou antropou erkhetai).
Kata ginoskete berstruktur: kala
kini, diatesis aktif, modus indikatif ,
orang kedua, jumlah jamak dari kata dasar ginosko secara literal berarti engkau
sekalian sedang mengetahui dengan pasti, memperhatikan, memahami, menyadari.
Ayat menjelaskan bahwa Yesus sedang menggunakan ilustrasi yang benar-benar
dipahami oleh pendengarnya saat itu.
Dari ayat ini diketahui bahwa, setiap
rumah saat itu mempunyai kepala rumah tangga (seorang ayah), jika rumah itu
adalah rumah orang kaya, maka rumah itu memiliki kepala pembantu yang mengurusi
pekerjaan rumah tangga, misalnya Yusuf di rumah Potifar (Kej. 39:4). Menurut
penulis, kata oikodespotes di sini lebih tepat diartikan kepala/tuan rumah
karena pencuri akan berusaha memasuki rumah yang memiliki banyak harta yang
berharga.
Kata ho kleptes terdiri dari kata
sandang ho dan kata kleptes. Kata benda
kleptes berstruktur: kala kini, kasus nominatif, jenis maskulin, jumlah tunggal
dari kata dasar klepto secara literal berarti seorang (laki-laki) yang memiliki
sifat mengambil milik orang lain/ seorang (laki-laki) yang pekerjaannya sebagai
perampok, laki-laki sedang . merampok.
Seorang pencuri tidak mengirim surat
pemberitahuan kapan dia akan mencuri di sebuah rumah. Senjata utama untuk
mencuri adalah kejutan. Karena itu, seorang pemilik rumah yang mempunyai
barang-barang berharga di rumahnya harus selalu menjaganya.
Harrison mengatakan, rumah di Palestina
saat itu terbuat dari bata jemuran, sehingga mudah untuk di gali tembus
dindingnya . Terlepas dari identitas pelaku pencuri itu, jika sampai pencuri
memasuki sebuah rumah atau membongkar sebuah rumah, maka pemilik rumah akan
menderita kerugian. Kejadian pencurian tidak selalu terjadi setiap saat.
Apabila tuan rumah itu waspada, maka pasti dapat mencegah terjadinya kerusakan
dan kehilangan.
f. Siap
Sedia (ayat 44)
Ayat 44 berbunyi dia tou kai umei gineske toimoi o oundokei te
hora ho angerou pou percetai.
Kata ginesthe berstruktur: kala kini, diatesis medial,
modus imperatif (modus yang menyatakan suatu tindakan karena perintah), orang
kedua, jumlah jamak dari kata dasar ginomai secara literal berarti kamu sekalian
harus sedang melaksanakan, mempunyai, berubah.
Kata etoimoi berstruktur: kasus nominatif , jenis
maskulin, jumlah jamak dari kata dasar etoimos secara literal berarti bersiap,
yang tersedia, yang sudah siap.
Kata dokeite berstruktur: kala kini, modus indikatif (modus yang menyatakan suatu tindakan
kepastian, sering dalam kalimat berita), orang kedua, jumlah jamak dari kata
dasar dokeo secara literal berarti kamu sekalian sedang mengira itu tampaknya menyenangkan/itu
tampaknya baik, itu tampaknya terbaik/itu tampaknya benar. Kata ini
bergandengan dengan kata hora adalah
kata benda dasar diterjemahkan
pembagian batas waktu, tempo dari ke-12 jam pembagian waktu Yahudi, saat, tempo
waktu yang singkat. Jika kedua kata ini digabungkan maka berbunyi saat itu tiba
disaat kamu sekalian sedang mengira saat yang tampaknya menyenangkan/saat
yang tampaknya baik, saat yang tampaknya
terbaik/ saat yang tampaknya benar. Kedua kata
di atas bergandengan dengan kata ou berupa partikel negatif diterjemahkan
tidak. Jadi, jika ketiga kata di atas
digabungkan, maka akan berbunyi saat, jam, tempo itu tiba disaat kamu sekalian
sedang tidak mengira karena waktu itu tampaknya menyenangkan atau baik atau
benar. Dari ketiga kata di atas, didapat bahwa kedatangan Anak Manusia
benar-benar mengejutkan karena semua orang tidak menduga akan terjadi saat itu.
Kata erkhetai berstruktur: kala kini, diatesis medial,
modus indikatif (modus yang menyatakan
suatu tindakan kepastian, sering dalam kalimat berita), orang ketiga, jumlah
tunggal dari kata dasar erkhomai secara literal berarti dia sedang datang/tiba.
Tidak ada gunanya orang percaya berjaga-jaga bila tidak
berada dalam keadaan siap sedia. Tidak cukup orang percaya hanya menantikan
semuanya ini, orang percaya juga harus berusaha ( 2 Ptr, 3:11, 14). Orang
percaya harus mengikuti Kristus, harus menjaga agar pelitanya selalu siap sedia
dan bersih. Perkara semua orang akan diuji, dan
harus menyediakan pembelaan untuk ditandatangani oleh Kristus. Perhitungan akan
dilakukan dan pembukuan harus disiapkan dan seimbang. Ada warisan yang menjadi
pengharapan orang percaya dan orang percaya harus menyiapkan diri agar layak
mengambil bagian di dalamnya (Kol. 1:12).
b. Kedatangan Tuhan Yang Kedua Kali
(Pembahasan)
Berdasarkan tafsiran di atas, maka ditemukankan
prinsip-prinsip teologi hari kedatangan Tuhan yang kedua kali yang akan
diuraikan sebagai berikut:
1)
Prinsip: Kedaulatan
Allah (ayat 36)
Prinsip penting yang ditemukan dalam
ayat ini adalah sebagai berikut:
Pertama: manusia dari segala zaman
tidak ada yang tahu tentang hari dan saat kedatangan Anak Manusia. Sekalipun
manusia diciptakan serupa dan segambar dengan Allah, yang memiliki hikmat dan
pengertian.
Kedua: para malaikat juga tidak ada
yang tahu. Sekalipun para malaikat adalah ciptaan Allah yang berbentuk roh dan
kekal adanya, dikaruniai pengetahuan yang luas dan selalu berada di sekitar
Allah.
Ketiga: saat Anak Manusia berada di
bumi, Anak Manusia itu tidak pernah mengatakan kapan hari dan saat itu tiba
sebab bagian itu masih harus dirahasiakan sampai waktunya digenapi.
Keempat, hanya Allah yang mengetahui
kapan hari dan saat itu tiba.
2)
Prinsip: Keduniawian (ayat 37-39)
Prinsip penting yang ditemukan dalam
perikop ini adalah sebagai berikut:
Pertama: keadaan manusia pada zaman Nuh
tidak berbeda dengan keadaan manusia menjelang Anak Manusia datang.
Kedua: seperti zaman Nuh, ditemukan
lebih banyak manusia yang terlena daripada yang berjaga-jaga. Manusia berfokus
hanya kepada hal-hal lahiriah saja. Terpikat dengan hal-hal yang kelihatan dan
yang ada pada saat sekarang sehingga tidak mempunyai waktu dan hati untuk
memikirkan hal-hal yang belum kelihatan yang telah diperingatkan sebelumnya. Rasa aman dunia membuat manusia semakin meningkatkan
pemuasan hawa nafsu tubuh.
Ketiga: seperti zaman Nuh, air bah itu
benar-benar datang, meskipun kebanyakan manusia saat itu tidak ingin
memperkirakannya. Hari Tuhan yang akan datang tidak akan berada lebih jauh dari
manusia yang menghindarinya.
Keempat: di zaman Nuh, kebanyakan
manusia tidak mengetahui hal itu sampai sudah terlambat untuk dicegah. Oleh
karena itu, orang percaya di zaman akhir harus segera menanggapi peringatan
Yesus ini sebelum terlambat untuk dicegah. Henry (2008) mengatakan, penghakiman
biasanya terasa sangat mengerikan dan luar biasa bagi orang-orang yang merasa
aman-aman saja dan bagi orang yang suka mengolok-olok penghakiman itu.
3)
|
Prinsip penting yang ditemukan dalam
perikop ini adalah sebagai berikut:
Pertama: di saat Anak Manusia datang,
akan terjadi pemisahan di bumi. Ada golongan manusia yang dibawa dan ada
golongan manusia yang ditinggalkan.
Kedua: pemisahan tidak dijalankan
berdasarkan ciri-ciri lahiriah tetapi berdasarkan pengetahuan Allah tentang
manusia. Sekalipun umat Tuhan bercampur-baur dengan orang lain, terkait dengan
hubungan darah, keluarga, pernikahan, pekerjaan, tempat tinggal, masyarakat dan
negara, Allah mengetahui siapa yang akan
dibawa dan ditinggalkan.
Ketiga: pengadilan Allah adalah
bersifat pribadi. Kemesraan dengan seseorang tidak menjamin keselamatan diri
sendiri. Tidak ada seorangpun dapat membebaskan saudaranya.
4)
Tetap
Berjaga-jaga (ayat 42)
Prinsip penting
yang ditemukan dalam ayat ini adalah, sebagai berikut:
Pertama: orang
percaya wajib dan harus selalu berjaga-jaga dan siap sedia. Ini merupakan harga
mati yang tidak bisa ditawar lagi.
Kedua:
berjaga-jaga di sini khususnya untuk dua hal yaitu kematian yang pasti akan
dialami semua manusia. Kedua, kedatangan-Nya pada akhir zaman yang disebut “hari
Tuhan.” Manusia tidak tahu kapan kematiannya tiba (Kej. 27:2). Manusia bisa
tahu bahwa waktu hidupnya hanya sebentar atau saat kematiannya sudah dekat (2
Tim. 4:6). Tetapi, manusia tidak tahu apakah manusia diberi waktu yang lama
atau singkat untuk hidup di dunia ini. Karena bisa saja lebih singkat dari yang
manusia itu harapkan.
5)
Datang
dengan Mengejutkan (ayat 43-44)
Prinsip penting yang
ditemukan dalam perikop ini adalah, sebagai berikut:
Pertama: pengulangan peringatan agar
tetap berjaga-jaga mengingat Anak Manusia akan datang pada waktu yang tidak
disangka-sangka dan tidak terduga.
Kedua: orang percaya yang bijaksana
diumpamakan seperti tuan rumah. Hari Tuhan diumpamakan seperti pencuri. Saat
tuan rumah tahu ada baahya, maka tuan rumah itu langsung berjaga-jaga.
Ketiga: Pencuri akan mencari waktu
lengah tuan rumah dan penjaganya. Oleh karena itu, tuan rumah wajib dan harus
berjaga-jaga setiap saat, tidak boleh lengah walau sedetikpun. Bila Anak
Manusia datang dan mendapati orang percaya sedang tertidur dan tidak dalam
keadaan siap siaga, rumahnya akan dibongkar dan akan kehilangan semua miliknya
yang berharga. Lea (1991) mengatakan, orang percaya harus mengenakan seluruh
perlengkapan senjata Allah, sehingga dapat membuat perlawanan pada hari yang
jahat ini. Orang percaya yang bijaksana akan selalu memperhatikan keadaan
rohaninya. Menutup semua celah, agar Iblis tidak masuk membuatnya tertidur
ditengah dunia yang gelap ini.
3. Simpulan Dan Saran
a. Simpulan
Penulis
menarik kesimpulan menggunakan metode induktif.
Adapun premis-premis itu sebagai berikut:
Pertama,
kedaulatan Allah. Bahwa hari Tuhan adalah salah satu dari hal-hal tersembunyi
yang menjadi kepunyaan Tuhan. Hal ini mengajarkan kepada orang percaya bahwa
Allah yang berdaulat yang mengawali dan mengakhiri dunia ini. Dengan
hikmat-Nya, Allah mengatur dengan tepat kapan hari itu tiba. Manusia tidak
berhak memaksakan kehendaknya untuk mengetahui kapan hari itu tiba.
Kedua,
keduniawian. Seperti zaman Nuh, di akhir zaman ini ditemukan dua golongan
manusia, yaitu golongan manusia yang suka memuaskan hawa nafsu tubuh dan hidup
dalam keduniawian. Golongan manusia yang makan dan minum, melakukan pernikahan,
menikahi dan dinikahkan. Dan yang kedua, Golongan manusia yang Takut akan
Tuhan, yaitu Nuh dan keluarganya.
Ketiga,
pemisahan. Pada saat Anak Manusia datang, akan ada golongan yang dibawa dan ada
golongan manusia yang ditinggalkan. Pemisahan tidak dijalankan berdasarkan
ciri-ciri lahiriah tetapi berdasarkan pengetahuan Allah tentang hati manusia.
Keempat,
tetap berjaga-jaga. Kristus menghimbau kepada semua orang percaya untuk wajib
dan harus selalu berjaga-jaga dan siap sedia. Ini merupakan harga mati yang
tidak bisa ditawar lagi. Sebab manusia tidak tahu pada hari mana Tuhan akan
datang secara umum ( ay. 42) dan manusia tidak tahu kapan kematiannya tiba
(Kej. 27:2).
Kelima,
datang dengan mengejutkan. Hari Tuhan akan datang dengan tiba-tiba, seperti
pencuri pada waktu malam. Kristus memilih datang pada saat yang paling tidak
terduga dan mendapati orang percaya sedang tertidur dan tidak dalam keadaan
siap siaga, rumahnya akan dibongkar dan pasti kehilangan semua miliknya yang
berharga.
Berdasarkan
premis-premis di atas, penulis menyimpulkan bahwa hari kedatangan Tuhan yang
kedua kali yang diberikan oleh Matius 24:36-44 adalah tentang hari dan saat itu
adalah kedaulatan Allah, jangan terlena dengan hidup keduniawian, saat Tuhan
datang akan terjadi pemisahan, seorang dibawa dan yang seorang ditinggalkan,
oleh karena itu orang percaya harus senantiasa berjaga-jaga karena hari Tuhan
datang dengan tiba-tiba dan mengejutkan.
b. Saran
Melalui
artikel ini, penulis memberikan saran-saran kepada:
Pertama, kepada
para hamba Tuhan agar senantiasa semakin giat dalam pekerjaan Tuhan menjelang
Tuhan datang.
Kedua, kepada
mahasiswa/mahasiswi Teologi agar semakin sungguh-sungguh meresponi panggilan
Tuhan karena Tuhan akan segera datang.
Ketiga, kepada semua orang percaya agar kembali
memperhatikan kehidupan rohani masing-masing pribadi, meluruskan tujuan hidup,
kembali berjaga-jaga dan siap sedia. Kemudian, tidak berspekulasi tentang kapan
hari itu tiba. Sekaligus tidak mempercayai ramalan, buku, film, dan spekulasi
siapapun yang mencoba meyakinkan bahwa Anak Manusia akan datang pada hari dan
jam sekian.
Daftar Pustaka
Balz,
Horst and Gerhard Schneider, Exegetical Dictionary of The New Testament.
Michigan: William B Eerdmans Publishing
Company Grand Rapids,
1994.
Baker,
Anton dan Zubair Ahmad. Metodologi Penelitian Filsafat. Yogyakarta: Kanisius, 1990.
Barclay,
William, Pemahaman Alkitab Setiap Hari Pasal 1-10 Jakarta: BPk Gunung Mulia,
t.th.
Barclay,
William, Pemahaman Alkitab Setiap Hari Injil Matius Pasal 11-28.
Jakarta, BPK Gunung Mulia, 2009.
Chapman, Adina. Pengantar Perjanjian Baru,
3 Jilid. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996.
Danduma, Yulis, Ucapan Bahagia Dalam Matius 5:3-12 Merupakan Sikap
Menanggulangi Gaya Hidup Aliran Hedonisme Surakarta: STT Intheos, 2008.
Dosen, Dewan. Panduan Karya Tulis Ilmiah.
Surakarta: Sekolah Tinggi Teologi, 2007.
F. BrowningM W.R, Kamus Alkitab
Jakarta: Gunung Mulia, 2007.
Guthrie, Donald. Tafsiran Alkitab Masa Kini, 3. Jakarta: Yayasan Koomunikasi Bina Kasih/ OMF, 1983.
Harrison,
F. Everett. Tafsiran Alkitab Wycliffe Volume III. Malang: Gandum
Mas,
Heer,
JJ De, Tafsiran Alkitab Injil Matius Jakarta: BPK Gunung Mulia,
1994.
Henry, Matthew, Tafsiran Injil
Matius 15-28 Surabaya: Momentum, 2008.
M. Dunnet,
Walter, Pengantar Perjanjian Baru Malang:
Gandum Mas, 1984.
Murdowo, Joko, Diktat Mata Kuliah Angelologi
Surakarta: STT “Intheos”, t. th.